![$rows[judul]](https://eksplisit.com/asset/foto_berita/1310.jpg) 
									“Kami siap menindaklanjuti instruksi Bapak Presiden dengan langkah konkret di lapangan. Revitalisasi pabrik pupuk adalah bagian penting dari upaya memperkuat sistem ketahanan pangan nasional berbasis kemandirian produksi. Ini amanah, dan akan menjadi lahan amal bagi saya”.
Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian RI
Langit Jakarta pagi itu tampak teduh ketika kabar menggembirakan datang dari sawah-sawah Nusantara. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menggetarkan hati petani, produksi beras nasional periode Januari–November 2025 mencapai 33,19 juta ton, naik tajam 12,62 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 29,47 juta ton.
Di balik angka yang tertulis
di atas kertas itu, ada denyut kerja keras jutaan petani, dan ada arah
kepemimpinan yang tegas, sosok yang berdiri di garis depan memastikan setiap
butir padi tumbuh bukan sekadar menjadi hasil, tetapi menjadi bukti cinta pada
tanah air.
Dialah Andi Amran Sulaiman, putra Bugis yang dikenal dengan ketegasan, ketulusan, dan langkah cepatnya dalam membenahi pertanian Indonesia.
Bahkan dunia pun
menoleh. United States Department of Agriculture (USDA)
memperkirakan produksi beras Indonesia akan menembus 34,6 juta ton, sedangkan Food
and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan bisa mencapai 35,6
juta ton untuk masa tanam 2025/2026.
Sebuah pengakuan global bahwa negeri ini sedang bangkit, menapaki jalan swasembada bukan sebagai mimpi, melainkan kenyataan yang disemai dengan kerja keras dan kebijakan yang berpihak.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, pada Kamis, 9 Oktober 2025, menyampaikan dengan nada syukur:
“Alhamdulillah, mudah-mudahan tidak ada aral melintang. Dua bulan ke depan, Insya Allah Indonesia tidak impor lagi. Kita swasembada”.
Kata-kata itu bukan sekadar optimisme, melainkan keyakinan seorang pemimpin yang lahir dari rahim perjuangan. Ia tahu benar bahwa swasembada bukan hanya soal produksi, tetapi soal martabat bangsa tentang kemampuan berdiri di atas kaki sendiri.
Hasil survei Litbang
Kompas menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja sektor pertanian
mencapai 71,5 persen. Angka yang menunjukkan bahwa publik tidak sekadar melihat
kerja, tapi merasakan hasilnya.
Sementara riset Strategic
and Political Insight Network (SPIN) menempatkan Andi Amran di
peringkat kedua sebagai menteri berkinerja terbaik di kabinet Merah Putih, dengan apresiasi publik
mencapai 67,3 persen.
Sebuah bukti bahwa
kebijakan pertanian di bawah arahannya bukan sekadar administrasi, melainkan
gerakan nyata yang menyentuh kehidupan rakyat, dari petani kecil hingga
pasar-pasar rakyat.
Dari Senayan, Wakil
Ketua Komisi IV DPR RI turut memberi apresiasi, menyebut langkah sektor pangan
di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sebagai arah yang tepat dan
penuh hasil nyata.
Kebijakan yang dijalankan pemerintah, katanya, “tidak hanya menjaga ketersediaan beras, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani”.
Nada serupa datang dari Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Menko Zulhas) yang memuji keberhasilan Kementan sebagai capaian yang “paling konkret dan dirasakan langsung oleh masyarakat, karena menyangkut hajat hidup orang banyak, nasib petani, nelayan, dan peternak”.
Capaian ini tak datang
begitu saja. Ia lahir dari sinergi, visi besar dan keberanian mengambil langkah
strategis. Presiden Prabowo Subianto memandang perlunya menyatukan arah
kebijakan pangan nasional.
Dengan langkah berani,
beliau menggabungkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Kementerian Pertanian
dan mempercayakan mandat itu kepada Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri
Pertanian sekaligus Kepala Bapanas.
Tugas besar ini menuntut kepemimpinan yang bukan hanya paham data dan kebijakan, tetapi juga mengerti denyut tanah, aroma padi dan bahasa sederhana para petani.
Namun, Andi Amran tahu,
perjuangan belum usai. Dalam rapat terbatas di kediaman Presiden, Prabowo
Subianto memberi arahan tegas,
lakukan revitalisasi
pabrik-pabrik pupuk milik negara, perbaiki sistem produksi dan distribusi agar
mampu menjawab kebutuhan petani dengan cepat dan tepat.
Arahan itu disambut dengan kesungguhan yang khas dari seorang anak Bugis yang hidup dengan falsafah:
“Resopa temmangingngi namalomo naletei pammase dewata”, hanya dengan kerja keras yang sungguh-sungguh datanglah rahmat Tuhan.
Dan benar, kerja keras
itu telah berbuah nyata. Produksi meningkat, impor menurun, kesejahteraan
petani membaik dan Indonesia kembali menatap masa depan pertanian dengan penuh
percaya diri.
Langkah-langkah tegas itu kini menjadi simbol kepemimpinan Andi Amran Sulaiman, pemimpin yang tidak banyak berbicara, tetapi banyak bekerja, yang tidak menuntut pujian, tetapi menanam pengabdian.
Dari Bone ke Jakarta, dari lumpur sawah hingga meja rapat kabinet, Andi Amran Sulaiman tetap membawa nilai yang sama, bekerja untuk rakyat adalah ibadah, dan membangun pertanian adalah bentuk cinta kepada negeri.
Kini, ketika dunia
masih bergulat dengan krisis pangan, Indonesia justru menulis bab baru, swasembada
yang lahir dari tekad, ilmu, dan keberanian.
Dan di tengah barisan panjang para pengabdi bangsa, langkah tegas seorang anak Bugis akan selalu dikenang, sebagai langkah yang menuntun negeri ini menuju kemandirian pangan yang bermartabat dan berdaulat.
Muslimin Mawi
Eramas 2000, 18 Oktober
2025
Penulis, Aktivis
dan Pemerhati Organisasi
Tulis Komentar