Eksplisit.com, BALI – Wali Kota Makassar Moh Ramdhan
Pomanto berpartisipasi dalam 10th World Water Forum (WWF) 2024 di Bali dengan
tema Local and Regional Governments champion transformative action in a pivotal
moment of the global political agenda.
Mendagri Tito mengatakan sesi hari ini mendiskusikan mengenai
peran pemerintah daerah untuk berkontribusi dalam manajemen air.
Tito katakan jikalau bicara tentang kerja sama antar negara maka
akan mempengaruhi sistem politik yang ada di pemerintahan masing-masing.
Karena ada yang menerapkan sistem demokrasi, otoritarian, ada
juga desentralisasi penuh, sentralisasi, dan lainnya sehingga akan dinamis.
Tetapi air sendiri tidak mengenal sistem itu. Makanya, saran
Tito masing-masing harus membagi tugas.
“Yang penting di-treat mau jadi kawan atau lawan. Nah kita mau
jadikan air kawan jadi kita bagi tugas. Peran pusat, provinsi juga kabupaten
kota,” kata Tito pada sela-sela konferensi pers usai acara di Hotel BNDCC, Nusa
Dua, Bali, Rabu, (22/05/2024).
Dari pengalaman Indonesia dan pengalaman dari negara-negara
lainnya, mantan Kapolri ini menuturkan perlu membuat semacam join declaration
dan guidance bagi pemerintah-pemerintah daerah.
Guidance itu ada beberapa poin, mengenai masalah pendidikan,
perencanaan, planning dan budgetingnya, serta isu-isu air lainnya.
Lalu air juga bukan sebagai musuh sebagaimana terjadinya bencana
banjir, kekeringan dan lainnya. “Diharapkan masukkan ini jadi pertimbangan,”
tuturnya.
Sementara perihal usulan adanya kelembagaan air, sebut dia, itu
menjadi salah satu pertimbangan. Lantaran dirinya bukan wewenang di dalamnya.
Apalagi melihat berkembangnya jumlah penduduk dunia, sementara
jumlah energi atau makanan dan air terbatas.
Sedangkan, Menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan
gagasan itu perlu disampaikan lebih dalam melihat dari pentingnya upaya
integrasi, sinkronisasi urusan manajemen air dari tingkat pusat sampai ke
tingkat paling bawah.
Apalagi, dia sebut, ini bukan yang pertama lantaran ada sejumlah
negara yang terlebih dahulu mendirikan institusi seperti ini.
Olehnya bukan saja menambah badan kewenangan baru, badan air
nasional atau apapun namanya diharapkan bisa menjadi wadah bagi penataan
manajemen air untuk menghadapi krisis air cepat atau lambat.
“Tetapi sekali lagi saya tidak punya kewenangan hanya
menyampaikan ini ke forum internasional. Bisa kita diskusikan lagi jika ada
nilai baik dan positif,” ucapnya.(*)
Tulis Komentar